Belajar Menjadi Orang Besar

 

 Untuk menjadi orang besar maka kita perlu belajar dari lingkungan sekitar. Melakukan perubahan besar untuk menjadi pribadi yang besar. Seperti Imam Syahid Hasan Al Banna yang memulai dakwahnya diwarung-warung kopi. Bukan dimasjid. Why? Karena diwarung kopilah saat itu banyak orang berkumpul. Sedangkan dimasjid sepi orang.Kita harus merubah pola berpikir kita untuk berpikir diluar batas kewajaran, karena jika kita melakukan sesuatu diluar dari kebiasaan maka kita akan menemukan hal baru untuk kita pelajari, dan seperti kata orang guru terbaik itu adalah pengalaman.
   Itula yang disebut kreasi dan inovasi yang tidak terkecuali dalam mengarungi hidup ini. Lingkungan dan alam sekitar adalah media belajar yang tak ada habisnya, kecuali kalau kiamat sudah digelar. lalu mengapa kita tidak belajar menjadi besar?. Intinya jangan takut untuk memulai segala sesuatu dengan menggunakan cara yang baru, dan yakinlah jika kegagalan adalah jalan menuju kebesaran.
   Bila kita sadar, awal perubahan besar itu  terjadi bila kita berpikir tentang sesuatu yang besar dengan cara yang besar pula. Kita tak menjadi besar bila kita menghamba pada alam fana. Manusia dinilai berdasarkan perbuatan mereka. kebesaran jiwa mereka yang menentukan karya besar mereka memang besar. Dimata orang-orang kerdil, masalah-masalah sepele menjadi besar. Bagi yang berjiwa besar, masalah-masalah besar terlihat kecil.
   Orang-orang besarlah yang mampu melihat setiap waktunya sebagi momentum untuk"mendesain rumahnya" mdisurga. hal ini membutuhkan sensitifitas iman yang besar.
   Orang yang melewati satu hari dalam hidupnya tanpa ada suatu hak yang ia tunaikan atau suatu kewajiba yang ia tlakukan atau kemuliaan yang ia wariskan atau kebijakan yang ia tanamkan atau ilmu yang ia dapatkan, maka ia telah durhaka kepada harinya dan menganiaya terhadap dirinya. (Dr. Yusuf Al Qardhawi, Al Waqtu fi Hayati Muslim, hlm. 13)
   Janganlah ada kekosongan dalam hidup kita, karena kekosongan bisa membinasakan, Ada tiga macam kekosongan yang kita harus senantiasa waspada:
  1. Kekosongan Akal
  2. Kekosongan Hati
  3. Kekosongan Jiwa