Kekuatan itu ada di dalam jiwa. kebesaran ada didalam jiwa. Jiwa yang besar, cita-cita yang tinggi, tekad yang kuat akan mampu mengguncangkan gunung. orang-orang biasa tapi memiliki jiwa luarbiasa selalu berpikir untuk melakukan pekerjaan besar. Dia tidak sempat menyibukkan diri dalam perkara remeh yang bisa melenakannya. Menjauhi pekerjaan hina yang bisa mencemarkannya. Menghindari kemaksiatan yang berdampak membuat kusut hatinya.
Yang menjadi otokritik bagi kita sekarang, mengapa saat ini orang-orang liberal dan orientalis begitu mudahnya meremehkan Al-quran dan hadits? mereka berupaya dengan berbagai cara melakukan pendangkalan, pengaburan, dekontruksi dengan seenaknya sendiri. Ada tafsir ala swalayan, ada tafsir hemeunitika, ada beragama ala pasar, ada fiqih lintas agama dan beraneka istilah, ide, gagasan, pemikiran yang jail dan usil yang mereka import dari orientalis sebelumnya. Tentu semua untuk mengeruk dolar, seperti pengakuan Ulil Abshar Abdala sendiri,"Kalau udah kaya mau berhenti." katanya. iya. Kalau mati giman? Nah perilaku semacam ini tentu bukan karya besar, tapi kebohongan besar yang melahirkan kesombongan besar. Tentu Adzab yang disediakan Allah SWT juga lebih besar.
"Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu didalamnya, kesehatan dan kesempatan." (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas RA)
Kita punya resources yang teramat besar yakni kesempatan yang terhampar dan usia yang diberikan untuk diisi dengan prestasi besar. Rasulullah SAW mengingatkan kita untuk selalu menggunakan kesempatan dan jangan tertipu di dalamnya.
Rasulullah SAW bersabda "Raihlah lima perkara sebelum datangnya lima yang lain: !. Hidupmu sebelum matimu, 2. sehatmu sebelum sakitmu. 3. Kesempatan sebelum sibukmu,4. Mudamu bsebelum tuamu,5.Kayamu sebelum miskinmu. (shahih Jami'ush Shaghir Al Albani hlm. 11088 dari Ibnu Abbas RA)
Karena kesempatan yang ada di dunia terbatas, carilah cara-cara cerdas untuk berprestasi dan sukses tanpa batas. Sayangnya terkadang kita tidak mampu menggunakan klesempatan sehingga tak mampu meraih peluang yang datang. Apa sebabnya?
Suka menunda-nunda pekerjaan, sehingga menumpuk di satu waktu. Tidak memiliki skala prioritas, sehingga kacau dalam tugas. Membuang-buang waktu untuk perbuatan yang tidak perlu. Kuncinya Adalah kesungguhan menggunakan sumber daya yang ada dan momentum yang tersedi. Hasilnya anda lihat saja dan bandingkan dengan umur kita:apa prestasi kita?
Gunakan Nikmat Usia
Benarkah kita bahagia? Apa sih karya kita? Mengapa kita habiskan waktu buat pesta pora?. Itulah yang sering kita lalaikan, merasa tambah usia, padahal jatah dan kontrak hidupnya semakin sempit. Orang-orang sukses menyadari bahwa usia harus berbanding lurus dengan prestasi. Sejak awal mereka menapaki usianya untuk meraih prestasi. Diantaranya yang palingbmenonjol adalah ditanamkan dan diwujudkan hafalan Al-quran sejak usia dini. Kalau di masa sekarang "Kampanye nikah dini" kalau di masa salafus shalih sudah jauh-jauh hari mengkampanyekan "hafalan Al-quran dan kitab pilihan" usia dini.
Silakan agar lebih dahsyat lakukan investasi sejak dini apa yang harus dilakukan nanti. Rencanakan dengan management by antisipatif, jangan pakai management by accident. Biasakan mengantisipasi keadaan bukan menanggulangi kecelakaan. Buatlah label muhasabah "apa yang telah, sedang dan akan " kita lakukan dengan"
- Hidupmu sebelum matimu
- Sehatmu sebelum sakitmu
- Kesempatanmu sebelum sibukmu
- mudamu sebelum tuamu
- Kayamu sebelum miskinmu
Seringkali kita berapologi dengan kesibukan untuk menghindari beban, mencari alasan untuk pembenaran kesalahan dan bermalas-malasan untuk perubahan karena sulitnya keadaan dan minimnya kemampuan. Mari kita lanjutkan kontemplasi surat Al Ashr, yaitu pada bagian saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran."
Bila pada ayat sebelumnya iman dan amal shalih senagai kapasitas internal atau keshalihan pribadi, maka pada ayat berikutnya menunjukkan kapasitas eksternal atau kesalihan sosial. Sebagaimana air pribadi shalih akan memberi keshalihan sosial bila dikelola, diorganisir dalam amal.